tag:blogger.com,1999:blog-83668217054313737362024-03-12T22:40:06.746-07:00KUMPULAN CERPEN DAN PUISIRohten_Boyzhttp://www.blogger.com/profile/12572465178084735699noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-8366821705431373736.post-43988894727828160132009-01-13T23:21:00.000-08:002009-01-13T23:22:39.941-08:00Rohten_Boyzhttp://www.blogger.com/profile/12572465178084735699noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8366821705431373736.post-20598861767289531902009-01-13T22:47:00.000-08:002010-01-14T01:23:51.464-08:00kumpulan puisi & cerpen<div align="center">Kabar<span style="color:#ff0000;">Kumpulan-kumpulan Cerpen & Puisi<br /></span><br /><br /><span style="color:#cc0000;">oleh :S O.Rohrohmana<br /></span><br />Bagian I<br /><br />Puji dan syukurku, ku panjatkan Kepada Tuhan yang Maha kuasa. Yang karena kasihnya telah memberikan kesempatan yang baik, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan ini dengan baik dan lancer.<br />Awalnya Saya mulai teropsesi untuk menulis, karena saya tertarik dan suka membaca buku-buku dari seorang penyair timur tengah yang mampu mengadosi pemahaman orang-orang Eropa dan Amerika, juga negara-negara latinnya. Terperangkap masuk lewat syair-syairnya yang puitis dan religius. Dan buku-buku Khalil Gibran juga banyak beredar di toko buku, shoping dan juga gramedia-gramedia kita. Selain buku-bukunya Khalil Gibran. tetapi saya juga menyukai pandangan filsuf-filsuf terkemuka diantaranya Descartes. Cogitu Ergo Sum berasal dari kata latin: “apa yang aku pikir itu yang aku lakukan” istilah ini dipakai sebagai motto Cartes dalam menyingkapi segala sesuatu. Dianggap rahasia yang belum di ketahuinya, atau juga belum sempat sampai pada lararnya.<br /> <br />Dalam kesempatan ini saya akan menceritakan tentang apa yang saya lihat, dan rasakan dilingkungan tempat saya tinggal dan saya berinteraksi. Saya juga akan menceritakan tentang diriku sendiri, bahkan kenyataan hidup yang saya alami. “Berawal dari Diri” itu adalah judul yang saya ambil dalam penilisan cerpen ini. Artinya sebelum kita mempengaruhi orang lain kita berkewajiban memberi contoh serta panutan yang baik kepada orang lain di lingkungan kita berinteraksi. Cerpen ini adalah hasil kolaborasi antara cerita-cerita biasa dan puisi. Puisi-puisi karya sendiri, dan gabungan beberapa sastrawan-sastrawan lain yang saya kutip.<br />Mudah-mudahan sajian buku ini benar-benar membuat khalayak pembaca merasa terhibur dengan bacaannya yang memuatkan kajian puisi yang indah dan enak di baca. Puisi adalah ungkapan perasaan lewat kata-kata yang indah, dan menarik, sehingga menjadi suatu bacaan tidak mudah di cerna oleh semua orang. Jarang orang mengunakan puisi sebagai bahasa hari-hari. Sebab puisi bukan bahasa biasa yang dengan gamblang di ucap orang. Seperti ini, contoh sebuah puisi :<br /><br /><br /><br />” Buah Delima”<br /> Suatu ketika tatkala aku hidup dalam jantung buah delima; aku mendengar sebuah biji berkata ” suatu hari nanti aku akan menjadi batang pohon, dan angin akan menyanyi didahandahanku, matahari akan menarinari didaundaunku.dan aku akan tumbuh semakin indah dan kuat melewati segala musim.<br /> <br /> Biji lain berkata ” ketika aku masih muda seperti engkau, akupun memiliki keinginan semacam itu, dan sekarang aku menimbang dan mengukur bendabenda, aku melihat bahwa harapanku siasia. Biji yang lain berkata ” aku melihat tidak ada dalam diri kita yang menjadikan sesuatu semakin besar dimasa depan.<br /> <br /> Biji lain berkata ” tapi betapa menyedihkan hidup kita tanpa masa depan yang baik. Dan biji lain lagi berkata ” apapun kita jadinya kita harus siap menjalininya.<br />Biji lain lagi berkata ” aku punya pandangan yang jelas tentang apa jadinya segala sesuatu ini, tapi aku tak mampu membentuknya dalam katakata. (Khalil Gibran).<br />“Lagu Batin”<br />Inilah lagu batinku,suarasuara angin<br />diantara musim;Salju,daundaun membeku<br />rantingranting tak bergoyang, dan burungburung<br />yang mati kedinginan.<br /><br />Biarlah akhirnya hanyut oleh suarasuara sungai<br />mengalir dari negeri mimpi, akhirnya Cuma<br />bergumam dalam pukulan batubatu karang,<br />biarlah akhirnya pulas oleh alunan riakriak.<br />takan diam hatiku memetik dawaidawai gitar menghiburmu.<br />(Dorthea).<br /><br /><br /><br /> Bagian II<br /><em><span style="color:#330099;">sebuah cerpen<br /></span></em><span style="color:#330099;">Surat cinta dari Nazareth<br /></span><br /> Halo apa kabar Putri? saat ini aku berharap kamu baik-baik saja yach..!<br />Awal pertama kali aku bertemu kamu di studio itu, sempat mataku menabrak di satu titik rawan. Seketika itu pula mata aku melayang dan singgah dikeningmu yang indah itu, serempak pula darah berhenti sejenak.<br />Hingga dadaku terasa sesak, sampai aku merasa kesulitan untuk bernapas. Jantungpun tidak berdenyut seperti biasanya. Aku mulai merasa curiga kalau akan terjadi sesuatu yang hebat pada tatapan ini, tapi syukurlah semua jadi liput dan biasa-biasa saja.<br /> Namun kejadian itu membuat aku terhanyut sampai terlena dalam hayal, hampir beberapa saat berulang-ulang bayangan raut wajah yang manis itu datang terlintas dalam lamunanku. Itu terus datang dan tak berhenti untuk merasuki nalarku. Malam kian larut, sunyi dan dingin sekali, namun aku tak bisa memejamkan mata yang separuh memerah ini. Saat aku sadar dan kaget ketika aku melihat waker yang tak jauh dari meja belajarku tiba-tiba berdering. Dan jarum jam menunjukan pukul 03, lewat sedikit. Walau suasana makin hening dan larut tetapi rasa kantukku terbunuh oleh derasnya hasrat yang mematikan jiwa.<br /> Aku juga sempat berpikir mungkin karena suasana natal ini yang membuat banyak putri-putri nazareth keluar. Memenuhi bumi yang didamaikan lewat kelahiran Sang Raja yang dinanti-nantikan umat manusia. Akupun merasakan kedamaian itu bebar-benar hadir diantara hidupku yang penuh dosa, sehingga betul-betul hanyut olehmu. Oh iya saat ini bulan desember sedikit lagi sang Damai lahir tapi, sayang Dia harus lahir dipalungan yang kotor dan naif. Hanya untuk dosa putri, aku dan semua orang didunia ini. Mudah-mudahan karna lewat kelahiranNya yang sempurna itu, membuat aku sama putri bisa berdamai dan tidak ada rasa iri juga dengki setelah hal ini kita lalui.<br /> Putri! bolehkan kalau aku jadikan putri sebagai sumber insperator aku nanti. Maaf putri, jika memang ada kata yang tercecer aku mohon putri jangan mengambilnya. Aku memang suka menulis tentang sesuatu yang mampu tersentuh oleh mataku dan tak mampu digenggam oleh telapakku. sekarang aku sudah berani punya tulisan-tulisan tentang cerpen maupun puisi sudah banyak yang aku rangkai. (-_-) hehehe promosi nieh....tes too sapa tau yaro....<br /> Oh hampir aku lupa nanya sesuatu yang penting pada putri. Oya putri, boleh tahu taman bunga yang putri miliki itu masih kosong atau tidak? Aku sudah beberapa detik lalu melewati jalan itu dan menengok, tapi seakan-akan tak beri tanda-tanda kehidupan didalamnya. Seakan-akan putri biarkan bunga-bunga itu tidak terawat, pada hal seharusnya ada petani bunga yang putri tugaskan untuk menjaga dan merawat seisi taman itu. Kan sayang kalau bunga-bunga tidak dirawat pada hal ditengah-tengah taman itu ada bunga dahlia yang indah dan harum yang juga membuat taman itu jadi hidup. Dia juga memberi tujuh warna-warni yang indah tumbuh dari satu batang pohon, sampai seisi kumbang sejagat ingin menyerbu sari pada kembang bunga yang harum juga manis itu. Tujuh tangkai bunga itu melambangkan tujuh putri khayangan yang cantik jelita.Salah satu dari ketujuh putri khayangan yang hilang karena sayapnya atau slendangnya disembunyikan oleh situkang kebun yang tampan dan sederhana itu, putri yang tertinggal adalah dia saat ini yang lagi baca cerpen ini. Makanya putri jangan biarkan taman itu kosong tanpa ada yang menjaga dan menemani putri.<br /> Putri aku ingin jadi petani bungamu, aku juga mau merawat bunga-bunga ditaman yang kau buat. Aku ingin melayani tuan putri dengan segala jiwa dan penuh cinta. Beri aku kabar bila taman itu belum ada orang yang mengelola jujur aku ingin jadi pelayanmu. Ttapi sebelumnya Aku ingin melayani putri engan menghadiahkan sebuah puisi karyaku untuk putri.<br /><br /><em><span style="color:#cc0000;">” Penjara Perasaan”<br /></span></em>Kerap kali aku berfikir,<br />untuk menliskan suarasuara<br />jiwa yang berkecamuk dalam<br />ruh; namun ku tahu, apa yang kan<br />kutulis.<br /><br />Burungburung pun diam, tak<br />beri tanda apaapa.hingga aku<br />beranggap mungkin inikah<br />kiamat bagi jiwaku.<br /><br />Aku terkurung,dalam sebuah penjara<br />perasaan. aku berteman seekor tikus<br />dalam bui kebisuan jadi nyata,dan takan<br />Ku hindari.<br /><br /><span style="color:#cc0000;"><em>”Menanti kabar”<br /></em></span>Hampir tiap saat aku tahu apa yang<br />kau lakukan. aku tahu waktu senyummu,<br />aku tahu waktu marahmu,aku tahu waktu<br />makanmu,aku tahu waktu tawamu,dan aku tahu<br />waktu datang teman baikmu.<br /><br />Teman semua kaum hawa! wanitawanita<br />khayangan dan bumi.tapi kini<br />aku engan untuk tersenyum.<br /><br />Sejauh enam belas tahun<br />mataku mengukur waktu berputar<br />melintasi malam dan siang<br />disini aku masih menanti suarasuara<br />angin menyejukan. menggoyakkan<br />jiwajiwa yang lara.<br /><br /><em><span style="color:#cc0000;">”Negeri eden”<br /></span></em>Nyanyian burungburung lapar,atas pohon<br />tanah subur. sungaisungai kering,hujan<br />tetap turun! pintupintu langit terbuka,<br />makanan berjatuhan,pakaiyan berserakahan.<br /><br />Manusia lapar tak berbusana menghiasi negri eden,<br />emas perak diperdagangkan milik peluh hamba.<br />kaya jadi tuan,miskin jadi hamba diatas tanah<br />milik hamba.<br />Hukum jadi basi.tangantangan besi<br />menyuarakan taktik menghentikan <br />gundahan yang mengusik.<br /><br /><em><span style="color:#cc0000;">“Bulan sempurna”<br /></span></em>Malam ini dua puluh mei,<br />malam yang beda diantara bulanbulan.<br />bulan penuh mesteri,bulan penuh cerita<br />tentang kisah tak terungkap.aku berlari mengejar<br />anganangan,burungburung mengepakan Sayap<br />mengisyaratkan bahasa jiwa.<br /> <br /> Awanawan putih sudah pudar,matahari<br />pun pucat.kejenuhan jadi pilihan yang tak terhindar.<br />kini harapan ku memuncak ingin meraih cinta sang<br />dewi.cinta bulan Sempurna,hanya jiwa sajalah bisa<br />mengkomandankannya.namun kebisuan adalah teman<br />baikku.<br /><br />Aku berlari bersembunyi diantara kebohongan,<br />kejujuran adalah musuhku.sbab aku adalah hasil dari<br />sebuah kebohongan,yang direka dalam wujud cinta.hakekat cinta<br />adalah candu.<br /><br /><em><span style="color:#cc0000;">”Bingkai kosong”<br /></span></em>Mataku selalu menatap kedinding.<br />memutar melihat bingkaibingkai kenangan,<br />menginginkan bisikan ada dibalik bingkai.<br />andaikan dinding bisa bicara dan mendengar<br />mungkin hanya dia yang tahu,<br />tentang apa yang terjadi diantara aku dan dia.<br /> <br /> Bingkaibingkai kosong bertemakan cinta.<br />terpampang menghiasi dinding yang bugil.<br />mestinya aku tahu! bahwa yang terjadi hanyalah ilusi<br />yang mematikan jiwa dan ruh.<br /><br /> Kesuraman telah datang merasuki aku dan melampaui<br />batas hidup.menutupi ruang<br />mujur yang ku nanti,kini aku hanya bisa berpasrah<br />pada tangan dewa.disana aku bersembunyi dibalik<br />jubah milik dewa.<br />ketakutan ada,maka kehidupanpun ada.<br />ketakutan adalah hasil sebuah perasaan<br />makluk hidup.</div><br /><div align="center"><br /><em><span style="color:#cc0000;">"Busung lapar”<br /></span></em> Ayah bundaku kaya,orang terpandang dinegeri ini.<br />punya tilang minyak,tambang nikel,<br />tambang emas,juga hutan menghijau.memiliki sona laut<br />luas,penumbuh karang dan mutiara adalah milik kepunyaannya.<br /> <br /> Namun aku hidup tanpa sehelai benang,<br />menutupi auratku.kelaparan adalah pilihan utama yang tak terhindar<br />dari hidupku.aku kurus, rusukrusuk remuk rambutrambut<br />mmnutih.kulitkulitku keriput,sbab;aku lapar.<br /> <br /> aku takan makan, dari hasil rampasan yang bukan milik peluhku.<br />yang ada hanya keserakahan dan tangantangan panjang,<br />menggambil barang bukan miliknya.<br />aku malu ayah,aku malu bunda.aku mendengar aku melihat semua orang<br />bicara tentang kejelekan ayah dan bunda.<br /><br /><em><span style="color:#cc0000;">”Rahasia hati”<br /></span></em> di selasela waktu, terkikis oleh;masa.<br />disanalah dia menyimpan rahasia,<br />menggemgamkan kepinggan rindu yang<br />tak tersalurkan.rindu memetik bintang,rindu<br />mengapai bulan,rindu berhasrat cinta.<br /> <br /> perjuangan melawan maksud hati yang mematikan.<br />dia tak pandai dalam berkatakata.ia bukan pujangga,<br />yang mengerti bahasa bibir dan paham bahasa jiwa.<br />hanyalah orang bodoh,membisu adalah tepat bagi dia.<br /> <br /> dia menutup rahasia hati,rahasia antara bintangbintang<br />dan bulanbulan.daundaun melati menguning,burung pipitpun<br />diam tak beri tanda untuk hari esok.dia memutuskan mati<br />menguburkan impian bersama jiwa..!<br /><br /><em><span style="color:#cc0000;">”Binatang malam”<br /></span></em> Malam ini malam purnama,waktu burungburung<br />malam mengepakan sayap. Memutarmutar melintasi<br />gelap, menerobos cakrawala.mencari nafkah<br />mengikat perut waktu siang bersama anak disangkar.<br /> <br /> Burungburung malam terbang menyentuh bulan,<br />Membisikan perjuangan hidup. Perjuangan melawan keadaan.<br />Pohonpohon buah menggugurkan daun,<br />berhenti menafkai binatang malam, tanah dan air kering,hujan tak turun.<br /> <br /> Mengantungkan diri, atas rantingranting pohon kemiri. Menunggu<br />Malam datang! Waktu semua binatang malam dan manusia malam.<br />Menyusun skenaryo menjelajah malam demi hidup..<br /><br /><span style="color:#cc0000;"><em>”sabtu 12 juli”<br /></em></span> hari yang cerah,hari yang bersahabat.<br />hari yang mengariahkan untuk tetap hidup.<br />hari yang penuh cinta,cinta yang masih didugaduga.<br />matahari penuh tanpa sisa,tanah dan ladang kering.<br />burungburung mati,tulang belulang berserakahan namun cinta<br />tetap hidup.<br /> <br /> waktu itu sabtu 12 juli,aku bertemu dia.<br />dia adalah dia,dia rahasia hatiku.Aku terkagumkagum dibuatnya:<br />kecantikan,keanggunan hingga kesempurnaan adalah milik kepunyaan dia.<br />Mataku malu menatap kiri dan kanan.Tanahpun cemburu bila<br />aku bersama dia.<br /> <br /> mata orangorang iri menatapnya dengan nafsu.<br />angin dan debu,kapas dan sekam terbang mewartakan<br />kejaiban dan kekuatan cinta yang mengalahkan takdir.<br />hitam putih warna kulit.pembukus daging,tulang dan,darah yang sama..!<br /> <br /><span style="color:#cc0000;"><em>”16 Oktober”<br /></em></span> Batinku selalu menangis. Bila waktu, hari dan,<br />bulan semakin dekat. Saatsaat itu aku gelisah karna aku<br />takan berbusana lagi. Aku tak punya emas tuk aku<br />jual, aku tak punya uang tuk aku beli.<br />aku tak punya siapasiapa untuk mendengar nyanyian hatiku,<br />Semua orang menjauh karna aku.<br /> <br /> Harihariku suram bagai dinding duri,<br />matahari tak mau bersinar di waktu Siang.<br />Bintang dan bulanpun bersembunyi dibalik jubah dewadewi.<br />aku terkekang oleh waktu yang menyiksa. Aku terhempas<br />oleh angin tofan, aku jatuh tak mampu berlari lagi.<br />aku mengadu pada batu, pada rerumputan,dan pepohonan,<br />diatas tanah yang jahat ini.<br /> <br /> Enam belas oktober, bulan yang aku takut. Bulan yang<br />mengurangi batas usiaku. Dari delapan puluh tahun. Umur yang<br />di janjikan Tuhan untuk aku. Usiaku bertambah, hatiku<br />mengental bagai gunung batu karang yang kokoh. Trima<br />kasih Tuhan atas bertambahnya umurku. Berilah aku rajin selalu<br />sampaikan maksudMu.<br /><br /><span style="color:#cc0000;"><em>”Gundahan Hati”<br /></em></span> Rinduku selalu membebani hidupku,<br />Hasratku selalu membunuh nafasku.<br />Apa yang harusku lakukan?<br />Bagaimana caranya aku bisa terbebas olehnya?<br />Apa yang harus kuperbuat demi seorang gadis penyiksa<br />hati ini?<br /> <br /> Tapi aku hanya bisa berharap pada tangan dewadewi<br />Karna disana aku bisa bersembunyi dan memohon tolongan.<br />Bila kau tahu bahwa seumur hidupku,kuhanya bisa memikirkanmu saja.<br />Tapi kini awan putih menjadi gelap,<br />Mataharipun pucat, seakan tak berniat ntuk bersinar.<br />Kegelisahan ini datang, bagai hari esok yang tak hentihenti berganti hari.<br />Aku jenuh, aku letih, namun aku selalu rindu peraduanmu duhaiku..<br /><br /><span style="color:#cc0000;"><em>“Gitar Tua”<br /></em></span> Inilah gitar tua yang kusut.<br />Telah kusimpan seabad lalu. Segudang: lirik,<br />dan nada juga kurangkai,diatas awan terdengar<br />nyanyian sang bulan purnama. Mengusir malam yang gelap.<br /> <br /> Laut jadi tinta,daun jadi kertas,nabi jadi notulis.<br />Mencatat, menyimpan sejarah diatas tanah yang bertuliskan<br />sejarah,agendaagenda gitar tua.<br /> <br /> Walau ombak mengatakan ia jenuh ntuk<br />memukul bibir pantai. Namun lirik dan nada<br />takan kubiarkan mati,terkikis oleh waktu yang panjang.<br /><br /><span style="color:#cc0000;"><em>“Nasib bukan alasan”<br /></em></span> Memang mereka pemulung, kerjanya mengais sampah.<br />Tangantangannya trampil dan lincah, memungut sisasisa makan<br />yang di titipkan untuk tikus.<br />Waktu malam tiba harus berbondongbondong<br />mencari kadera tempat melepas lelah. Menunggu datangnya matahari.<br /> <br /> Walau beralaskan sepihan koran, hatinya<br />tegar bagai gunug batu. Hanya menanti belas kasihan sang pemberi<br />nasib, tentang hari esok yang berharga.<br /> <br /> Perjuangan adala semangat.<br />Kegigihan adalah sinjata.<br />Kesabaran adalah kekuatan.<br />Ketergantungan adalah kelemahan.<br />Kematian adalah takdir semua makluk hidup.<br /><br /><span style="color:#cc0000;"><em>“Nyanyian cinta”<br /></em></span> kau mencitai ku sbab kau mendengar<br />nyanyian khalbuku. Kau merindukanku, sebab jiwamu<br />terlena dengan senandungku. Baitbait cintaku telah<br />meluluhkanmu dalam kebekuan hati.<br /> <br /> Jiwamu cair bagai lapisan salju.<br />Tetunduk rata dibawah sumur buatanku. Akankah kau kokoh,<br />dan membeku lagi? Ataukah kau tetap mencintaiku,<br />bagai gununuggunug yang engan ntuk bergeser?<br />Kau tetap mencintaiku walau angin dari empat penjuru,<br />berseteru mengoyahkan kita? Akankah kau tetap berdiri?<br /> <br /> Kini ku mulai nyanyikan lagu cintamu,<br />semangatmu. Kau pandai membaca bahasa ruhku,<br />kau pintar mematikan hatiku. Kini kaupun mau, bila<br />kau lepas helai demi helai benangbenang demi aku<br />yang telah kau luluh lantakan.<br /><a name="DDE_LINK1"> </a><br /><span style="color:#cc0000;"><em>“Nasib Penyair”<br /></em></span> taman ini sunyi,kosong dan mati.<br />Tetesan gerimisgrimis mengundang duka yang dalam.<br />Semutsemut berbaris mengantarkan jenazah keliang kubur.<br />Kupkupu bersekongkol menjauh dari taman yang ku buat.<br />Hati dan jiwa bercampur rasa,sedikit manis banyak pahit<br />yang diderita.<br /><br /> Bungabunga itu berganti musim,juga berganti warna.<br />Tetap saja sunyi!<br />Kepompong tak berubah wujud,mati dalam sarungnya.<br />Baru pertama kali terbuka tingkaptingkap ini.<br />Empat tahun ia terkubur,diatas nizan bertuliskan cinta.<br /><br /> Namun pintunya masih tertutup rapat.<br />Mungkinkah pintu itu tertutup ntuk seorang?<br />Dan terbuka ntuk lain? Belum bisa jawab.<br />Namun lakukanlah yang kau pikir'bagai kata:<br />cogitu ergo sum..<br /><br /><span style="color:#cc0000;"><em>“Revolusi kepompong”</em></span><br /> barisbaris ulatulat kayu,menghijau daun.<br />Merambat naik setingkat.<br />Kulit, perut adalah kakinya. merayap itu takdir.<br />Masa terkikis waktu, iapun terbang jua.<br />Hai dunia, hai manusia,lihat bangsaku.<br /><br /> Selamanya merayap bukan takdir<br />waktu membawa kebebasan tuk terbang. sampaikan<br />pada angin! bawa kabar kepompong telah menang<br />atas perang,revolusi berakhir kini.<br />wanitawanita cantik juga putriputri khayangan,<br />Suka warnawarni indah. keluar dari sayapsayap serangga imut.<br /><br /> Diantara kita masih ada rasa dengki. Ada juga yang tak sampai<br />seperti selayaknya kumbang terbang. Bersembunyi dibalik<br />kemunafikan yang tajam.<br /><br /><span style="color:#cc0000;"><em>"Jiwa yang Sama"<br /></em></span> Dalam alunan riakriak,<br />kutpiskan rindu bersama bayang mayamu.<br />untuk dia yang menyentuh batin yang sedang.<br />terlelap oleh sakit yang mendalam.<br /> <br /> nyanyian suara hatimu, menyentuh ubunubun<br />yang tetutup oleh lahar.<br />biar sang pawang kaku berteman dengan sang jitah.<br />tapi hanya dia. jauh mampu, membuat hatiku tenteram.<br /> <br /> suaranya menusuknusuk khalbu yang mati.<br />cintanya bergemagema, terdengar jelas dikupingku.<br />bulan juli, dan oktober adalah:<br />perbedaannya, tapi sejalan pikiran juga jiwa kita.<br />“Naluri bintang kejora"<br /> <br /><span style="color:#cc0000;"><em>"Perjuangan"<br /></em></span> Anak perawan mati, diatas telapknya.<br />gugur bagai daundaun berganti musim.<br />kekejaman, ketidakadilan. lahir dari sebuah<br />rezim refolusi. namun suarasuara refosioner<br />lantang terdengar. bergelagah juga bergema.<br /> <br /> angkat tangan kirimu. bangkitkan semangatmu.<br />ciptakan perlawanan hingga kaum, rumpunmu<br />bebas.<br />aku lahir dari idiologi. idiologi yang didoktrin.<br />untuk pembebasan banggsa.<br />semutsemut berbaris rapih mengantarkan<br />jenazah keliang perhentian.<br />hasil tangantangan besi, adalah kematian.<br /><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">“Naluri bintang kejora”</span><br />Kala masih tertutup.<br />banyak jiwa, juga ruh.<br />hilang juga, lenyap.<br />sungguh sangat tabu, ntuk<br />menyebutmu bintang kejora.<br /> <br /> pelanpelan kau bangkit.<br />merasuki ubunubun yang mati.<br />tulang belulang berserakahan di pangkuan ibu.<br />air mata, juga darah. mengalir membasahi tanah<br />juga ladang.<br />sebab kau bintang kejora.<br /> <br /> kau janjikan kebebasan.<br />namun kau meminta kematian.<br />sudah cukupkah tulangtulang yang kau<br />pungut? ataukah banyak darah yang<br />kau haus? karna kau bintang kejora.<br />kau tlah menjelma, jadi jiwa. dibalik<br />bintang kejora..<br /><br /><span style="color:#cc0000;"><em>"Tek sempat jadi hari"<br /></em></span> malam itu tak sempat pulas.<br />binatangbinatang malampun, tak<br />sempat mengepak sayapsayapnya.<br />nalurinya tentang cintapun mati<br />bagai gerimis yang mengundang duka dalam.<br /> <br />diatas nizan itu namamu kudipahat.<br />bertintakan arang gelap menyelinap<br />segergap cahaya yang luluh.<br />leleh menyerupai lilin dijilat api.<br /> <br /> banyak ciuman kering dikeningnya.<br />tak sempat memitik bibir yang basah.<br />pelanpelan mati dalam sarung, hidupun<br />tak bertepi seperti mata yang melotot<br />tapi rabun.<br /><br /> <br /><br /><span style="color: rgb(255, 0, 0);">" Sunyi"</span><br /><br />Kini tak lagi mencium minyak,<br />narwaskum digaunm.<br />haripu mati seakan tak menjawab pagi<br /> yang pulas nan indah.<br /><br />Aku masih merasakan jemarimu<br />dikeningku. ciumanpun kering,<br />mataku dengan panjang melotot<br />dilesung pipimu. namun aku masih sajasunyi,<br />nadi-nadi kinipun mati.<br /><br />Matahari yang kusanjung kini pucat.<br />seakan diterkam awan gelap.<br />tenggelam dalam alunan,<br />riak-riak sampai haripun sia-sia.<br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></div>Rohten_Boyzhttp://www.blogger.com/profile/12572465178084735699noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8366821705431373736.post-30131146267732414682008-12-31T14:52:00.000-08:002008-12-31T14:55:50.090-08:00Me<p align="center"> </p><p align="center"> </p><p align="center"> </p><p align="center"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjaUbLlR15e0IjJeqfxIFPmNrp0_23Q1NBKuBe97zrVuUP4UwFq5Tkdt7n0JuV58npA1EjLeyWK9K1w70tp44YgRSDDpyqqUEpqNaIzvbRECCOalzgL3uGUr9JPfn-BOm_s9z6i2YRipY/s1600-h/bin_Rohten.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5286091508043542034" style="WIDTH: 161px; CURSOR: hand; HEIGHT: 148px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjaUbLlR15e0IjJeqfxIFPmNrp0_23Q1NBKuBe97zrVuUP4UwFq5Tkdt7n0JuV58npA1EjLeyWK9K1w70tp44YgRSDDpyqqUEpqNaIzvbRECCOalzgL3uGUr9JPfn-BOm_s9z6i2YRipY/s320/bin_Rohten.jpg" border="0" /></a></p><br /><br /><br /><br /><p align="center"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigEN-RjJ1WWnKIgPJwGDdZ8eLl0LJdf20HIDlfMIAJfqXTYdHPxlc6TFm5WMPBpRUtNku0bDlu9U3HLJD9KwYkiqRB1aymRe46zl_Md9nEsdTvZy1aZ3q2yFXYGtUcSGzEOeKB1srP-GE/s1600-h/1+(10).JPG"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5286091310134758834" style="WIDTH: 160px; CURSOR: hand; HEIGHT: 142px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigEN-RjJ1WWnKIgPJwGDdZ8eLl0LJdf20HIDlfMIAJfqXTYdHPxlc6TFm5WMPBpRUtNku0bDlu9U3HLJD9KwYkiqRB1aymRe46zl_Md9nEsdTvZy1aZ3q2yFXYGtUcSGzEOeKB1srP-GE/s320/1+(10).JPG" border="0" /></a></p>Rohten_Boyzhttp://www.blogger.com/profile/12572465178084735699noreply@blogger.com0